kanor.bojonegorokab.go.idAcquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan penyakit menular dan berbahaya. Namun bukan berarti penderita AIDS harus dijauhi dan dikucilkan. Sebaliknya, mereka harus didekati dan diberi dukungan. Hal ini disampaikan narasumber dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro, Dr. Whenny Dyah dalam acara penyuluhan Tuberkulosis (TB) dan HIV di pendopo Kecamatan Kanor (Selasa, 26/04/2016).

“Penderita AIDS jangan dijauhi, harus didekati dan didukung untuk periksa dan minum obat teratur,” ujarnya. “Juga tidak boleh dikeluarkan dari sekolah atau pekerjaannya,” tegasnya.

Begitu pula dalam dalam pergaulan sehari-hari, penderita tetap berhak untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Terkadang karena minimnya pengetahuan tentang AIDS, masyarakat menjauhi penderita dengan alasan takut tertular penyakitnya. Misalnya, saat ada arisan atau pengajian, begitu penderita AIDS datang lalu warga malah meninggalkan lokasi acara. “Atau saat penderita datang ke kolam renang, lalu orang-orang yang renang di situ langsung pulang,” ujar Dr. Whenny memberi contoh.

Penolakan tersebut selain tidak mempunyai dasar juga dapat menambah beban penderita AIDS. Bahkan membuat penderita merasa takut, menutup diri serta tidak mau periksa dan berobat. Jika para penderita AIDS mengucilkan diri, maka risiko penularan HIV justru makin bertambah.

Narasumber penyuluhan yang digagas Community TB-HIV Care ‘Aisyiyah Bojonegoro yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan dan Pemerintah Kecamatan Kanor ini juga menjelaskan bahwa Human Immunodeficiency Virus (HIV) memang dapat menular, misalnya melalui darah, cairan alat kelamin, air susu ibu yang tertular HIV dan cairan infeksi penderita. Namun tidak menular melalui kontak sosial misalnya jabat tangan, berpelukan, berenang di kolam yang sama, menggunakan alat makan minum yang sama serta penggunaan toilet umum. Juga tidak menular melalui gigitan serangga. Bahkan tidak semua cairan tubuh penderita mengandung virus HIV. “Ludah, dahak, keringat, air kencing penderita tidak mengandung HIV,” tegasnya.

Dokter dari Seksi Pengendalian Penyakit (P2) Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro ini juga mengingatkan agar masyarakat tidak mudah memberi cap negatif pada penderita HIV-AIDS. Banyak penderita merupakan orang baik-baik yang tidak pernah melakukan hal-hal yang melanggar norma, seperti bergonta-ganti pasangan dan menggunakan narkoba suntik. Misalnya banyak ibu rumah tangga yang tertular melalui suaminya. Bahkan terdapat pula ibu rumah tangga yang ketahuan positif HIV setelah suaminya sudah meninggal. Hal ini karena gejala AIDS dapat muncul setelah 5 – 10 tahun setelah terinfeksi HIV.

Orang-orang yang positif terinfeksi HIV harus terus diberi dukungan untuk rutin memeriksakan diri dan minum obat. Penggunaan obat retroviral secara teratur dapat menekan jumlah virus sampai sesedikit mungkin hingga tidak ditemukan lagi dalam pemeriksaan. Penggunaan obat ini juga memungkinkan pencegahan penularan terhadap bayi yang dikandung penderita. “Di Bojonegoro sudah ada pasangan HIV yang bisa punya anak yang tidak tertular HIV,” ungkapnya.

Obat HIV ini meskipun harganya mahal tetapi dapat diperoleh secara gratis karena biayanya ditanggung oleh pemerintah pusat. “Di Bojonegoro obat ini ada di RSUD Sosodoro Djatikusumo,” tandasnya.  (keckanor/dika)


By Admin
Dibuat tanggal 30-04-2016
10144 Dilihat