kanor.bojonegorokab.go.id – Salah satu gejala awal Tuberkulosis (TB) adalah batuk yang tidak kunjung sembuh atau yang biasa disebut dengan 3B (Bukan Batuk Biasa atau Batuk Berdahak Membandel). “3B ini adalah batuk berdahak yang lebih dari 2 minggu,” kata kata Dr. Whenny Dyah, narasumber Penyuluhan TB-HIV yang digelar di pendopo Kecamatan Kanor (Selasa, 26/04/2016). Penyuluhan ini sendiri merupakan bagian dari rangkaian kegiatan pencanangan Gerakan Bersama Temukan “Si Miko” yang diprakarsai Community TB-HIV Care ‘Aisyiyah Bojonegoro bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro dan Pemerintah Kecamatan Kanor.

TB merupakan penyakit menular yang berbahaya dan dapat mematikan namun dapat disembuhkan. Agar penanganannya dapat tuntas dan penularannya dapat dicegah, terdapat tiga hal penting yang yang harus diperhatikan, yaitu 3A (Ajak, Awasi dan Ajar). 

Ajak disini berarti mengajak orang dengan 3B untuk memeriksakan diri di Puskesmas. “Di Puskesmas akan diperiksa dahaknya untuk memastikan apakah orang tersebut terinfeksi kuman TB atau tidak,” tambahnya. Orang umum akan sulit memastikan penyebab batuk tersebut karena penyakit lain pun juga dapat mempunyai gejala awal yang sama.

Awasi berarti mengawasi kedisiplinan pasien TB dalam minum obat yang telah diberikan. Pengobatan TB membutuhkan jangka waktu cukup lama, yaitu minimal selama 6 bulan. Selain itu juga membutuhkan obat yang banyak, yaitu beberapa antibiotik yang diberikan bersamaan. Seringkali pasien berhenti minum obat sebelum waktu yang ditentukan. “Biasanya setelah 2 minggu pengobatan pasien merasa enak sehingga godaannya berhenti minum obat,” ungkapnya. Hal tersebut merugikan karena menyebabkan kuman TB justru menjadi lebih kuat dan kebal terhadap obat. Kalau sudah begini, maka pengobatan harus diulang lagi bahkan butuh waktu lebih lama, yaitu sampai 2 tahun. 

Pengobatan ini selain untuk kesembuhan penderita juga untuk mengurangi risiko penularan karena kuman penyebab TB sudah melemah. “Kalau sudah diobati kemungkinan menularnya jauh lebih kecil,” ujar dokter dari Seksi Pengendalian Penyakit (P2) Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro ini.

Ajar berarti mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat antara lain makan makanan bergizi, tidak merokok, lantai rumah bukan dari tanah dan rumah cukup mendapat sinar matahari baik. “Kuman TB bisa mati jika kena sinar matahari,” jelasnya. Jika rumah tidak mempunyai cukup jendela, maka perlu dipasang beberapa genting kaca sehingga sinar matahari dapat masuk ke dalam ruangan.

Dr. Whenny juga menekankan pentingnya menjaga etika dalam kesehatan, diantaranya tidak batuk atau bersin di depan muka orang serta menutup mulut saat batuk atau bersin dengan sapu tangan, tisu atau lengan baju. “Saat batuk ada 3.000 kuman yang keluar sedangkan saat bersin bahkan sampai 1 juta kuman yang keluar,” paparnya.

Dengan memperhatikan 3A ini diharapkan pengobatan TB bisa tuntas dan penyebarannya dapat dicegah. Disinilah pentingnya peran keluarga dan kader TB dalam memotivasi dan mendampingi penderita saat memeriksakan diri, minum obat serta berprilaku bersih dan sehat. “Kader TB harus juweh, sering mengingatkan,” katanya. 

Meskipun pengobatan TB membutuhkan jangka waktu cukup lama, namun penderita tidak perlu khawatir tentang biayanya obatnya karena disediakan gratis di Puskesmas. “Obat TB sebenarnya harganya mahal, tapi digratiskan karena ditanggung oleh pemerintah,” jelasnya.  (keckanor/dika)


By Admin
Dibuat tanggal 26-04-2016
2371 Dilihat