kanor.bojonegorokab.go.id - Upaya menyebarluaskan informasi tentang gejala penyakit sangat penting dalam usaha meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dengan mengenali gejala penyakit sejak dini, maka penderita akan lebih cepat ditangani dan potensi kerugian dapat diminimalkan. Hal ini menjadi salah satu pokok bahasan penting dalam kegiatan Mini Lokakarya Tribulanan Puskesmas Kanor yang digelar di pendopo Kecamatan Kanor (Rabu, 02/03/2016).
Dua informasi penyakit yang menarik perhatian dan respon dari peserta lokakarya adalah tuberkulosis (TB) paru dan kusta. Gejala awalnya sering tidak diabaikan oleh penderitanya karena mirip dengan penyakit biasa. Akibatnya saat penyakitnya sudah parah, penderita baru memeriksakan diri .
“Gejala TB paru adalah batuk lebih dari dua minggu dan keluarnya keringat dingin di malam hari," jelas koordinator program Pemberantasan Penyakit (P2P) Puskesmas Kanor, Basuni. "Keringat ini keluar bahkan di saat tidak sedang melakukan aktifitas fisik," tambahnya.
TB paru ini meski cukup berbahaya, bukanlah penyakit yang sangat mudah menular seperti anggapan orang. Penularan dimungkinkan terjadi dengan adanya kontak yang lama dan rutin dengan penderita. "Misalnya jika setiap hari bertemu baik di sekolah, rumah atau tempat lainnya," kata Kepala UPTD Puskesmas Kanor, Dr. Vera Agustina.
Selain TB paru, penyakit lain yang bagi orang awam kadang susah dikenali adalah kusta. "Orang sering mengganggap kusta adalah cacat pada jari-jari. Ini bukan gejala kusta, tetapi komplikasi dari kusta yang terlambat ditangani," terang koordinator Penyuluhan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (PKPM) Puskemas Kanor, Didik Cahyono. "Gejala kusta adalah munculnya bercak putih di kulit dan rontoknya alis mata," tambahnya.
Dr. Vera menerangkan cara mudah membedakan kusta dengan panu, yaitu bercak putih pada kusta tidak terasa gatal, tidak berkeringat meskipun bagian tubuh lain sedang berkeringat. Serta tidak terasa jika disentuh atau ditusuk dengan benda runcing seperti jarum, ujung pulpen atau tusuk gigi.
Harga obat kusta ini sebenarnya mahal, namun penderita dapat memperolehnya secara gratis karena biayanya ditanggung pemerintah. "Saat ini obat kusta hanya tersedia di puskesmas, sedangkan di klinik swasta tidak ada," tambahnya.
Diharapkan dengan kegiatan lokakarya ini pemerintah desa turut berkomitmen membantu Puskesmas dan bidan desa menyebarluaskan informasi kesehatan, memantau kesehatan warganya dan mendorong penderita untuk segera memeriksakan diri untuk penanganan lebih awal. (keckanor/dika)